Minggu, 14 April 2013

minggu sore


Astaga. Sore macam apa ini. Kapas warna putih, gigi warna putih, susu warna putih dan sapi minum susu. Entah apa yang dipikirkana otak ini. Am I still have any brain? I don’t care about it.
Langit kelabu memang bukan telak tanda akan turunnya hujan, tapi kali ini iya. Disini hujan besar, pukul 3 sore.  Sudah dikira kaki ini tidak mungkin ingin beranjak pindah jauh dari ranjang tempat badan gembrot ini merebah. Tik tok tik tok hujannya mulai surut, dari suara mengalir berubah menjadi hanya gemericik. Berubah. berbeda dengan kaki yang belum  kuasa untuk melangkah atau hanya mengenai benda berbentuk kotak, putih dan dingin ini. “kakak kakak, anterin bunda ke apotik beli makan” sejak kapan keluarga saya makan dengan lauh pauh dibeli dari apotek? I don’t care. Oke ini saatnya dimana kakikku tidak hanya diam dbalik selimut. Ayoo lets moving.

Sudah menjadi kebiasaan seorang wanita untuk menatap sebuah kaca dimanapun itu dalam beberapa detik atau hitungan menit. Begitupun saya. Menggunakan kerudung perlahan mencoba tersenyum sebaik mungkin, secantik mungkin berfikir kalau-kalau saya beretemu seseorang yang saya kenal di sepanjang jalan. Brrmmm, motor saya gas sampai tiba tepat di sebrang apotek, ya tempat yang menjadi tujuan kami. Tanpa ada yang saya kenal sepanjang perjalanan yang berarti tidak saya gunakan training tersenyum selama beberapa menit di kaca tadi. Hingga sampai detiknya saya menyebrangi lebar bahu jalan antara motor dan apotek. Tiiiiiiit Tiiiittt.. cekiiiit terdengar suara oli rem yang mungkin sudah mulai kering dalam motor. Hampir fiuhh. Sedetik saja pengendara motor itu membuat suara rem berbunyi, matilah sudah saya. Memang salah saya yang hanya melihat sisi kiri dalam penyebrangan itu, harusnya saya tahu sisi itu ada 2, kanan dan kiri. Secara langsung dan reflex otot muka atau kepala, entah apa iti yang bergerak menuju asal suara rem tadi berasal, berasal dari motor yang hampir menghantam badan satu-satunya ini.

WaaaaaaaaaaaaW. Who is he?? God ini nyata? Apa suara tadi benar berasal dari motor yang ada di sisi kiri saya saat ini? dia. Stuck, sakit tidak, pusing tidak, kaget tidak. Tapi kenapa badan ini terasa lebih dari semua itu. Otak muai membeku kakipun ikut membeku bukan karena benda berbentuk kotak, putih dan dingin tadi, melainkan karena sosok berjaket coklat yang ada dibalik stang motor hijau.  Saya kenal dia ya sangat mengenalnya, tapi kenapa saya tiba-tiba lupa sama preparation senyuman tadi? Kenapa tiba-tiba hilang. Mana niat yang tadi saya paparkan didepan kaca selama bermenit-menit.

Mungkin belum saatnya senyuman ini saya lontarkan pada seseorang yang memang saya kenal, berada dijalan dan hampir membuat satu luka lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar